Belajar Rendah Hati dari Yesus




Setiap orang  pasti memiliki pengalaman yang tersendiri yang mampu diungkapkan  dalam perilaku hidupnya, ada pengalaman keberhasilan, ada pengalaman kegagalan. Pengalaman keberhasilan sering kali membuat manusia  melupakan Allah karena  asumsinya adalah keberhasilan itu diperoleh berkat kerja keras tanpa campur tangan Allah, namun sesungguhnya keberhasilan itu tidak terlepas dari campur tangan Allah sendiri.

Ketika pengalaman kegagalan  mulai dirasakan barulah Allah dingat dan diakui keberadaannya. Dalam kehidupan beragama, mereka bertanya dalam hatinya, sejauh mana Allah berperan dalam jalan kehidupan ini? pada akhirnya manusia berani menggugat keberadaan-Nya dan menolak-Nya salah satunya adalah keberhasilan . Disini Allah hanya diakui keberadaannya, akan tetapi peran-Nya diragukan. Allah hanya diakui sebagai penyebab awal saja, hal inilah yang disebut sebagai penyakit kesombongan iman.

Kita sebagai orang beriman diminta Yesus untuk hidup rendah hati dalam setiap pengalaman yang didapat baik pengalaman keberhasilan maupun pengalaman kegagalan.  Kita harus mampu  meladani kerendahan hati Sang Guru kita, segala yang diajarkan dengan jelas tertulis  dalam Luk 18:14 “barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”. Dalam surat  kepadanya  umat di Filipi menegaskan “Ia telah merendahkan diri-Nya. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia” (Flp 2: 8-9).

Belajar hidup rendah hati, berarti kita hidup tidak bermegah diri atas keberhasilan yang kita peroleh  tetapi kita harus mampu mensyukuri rahmat kasih Allah dalam segala hal, karena rahmat  kasih Allah itu  terus dipancarkan kepada umat-Nya tiada henti. Hidup rendah hati mampu membuat kita merasa Allah menyapa dan disapa Allah sehinga kita mencintai Tuhan dengan cintaNya sendiri, mengasihi sesama dengan kasih Tuhan sendiri.  Mengucap syukurlah dalam segala hal karena keberhasilan dan kegagalan , Allah turut campur di dalamnya.

Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar