Hati Nurani



Ketika kita harus memilih di dalam bidang moral maka nyatalah fungsi hati nurani sangat rumit. Hukum Allah memang tidak berubah untuk selamanya. Namun disamping taat kepada hukum-hukum ini kita juga perlu mengusahakan agar hukum-hukum itu mencapai keharmonisan dalam  hati kita.  Standar dari organ intern ini disebut hati nurani.


Secara khusus hati nurani dapat diartikan secara luas dan secara sempit. Hati nurani secara luas dapat diartikan sebagai keinsyafan akan adanya kewajiban. Hati nurani merupakan kesadaran moral  yang timbul dan tumbuh dalam hati manusia.  Sementara hati nurani secara sempit dapat diartikan  sebagai penerapan kesadaran moral dalam situasi kongkret, yang menilai  suatu tindakan manusia atas buruk baiknya.

Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Hati nurani dapat bekerja secara penuh di dalam diri manusia. Pada saat manusia dipegang oleh suara hati nurani sehingga menghasilkan kekuatan maka dengan sendirinya  timbul keberanian yang luar biasa. Hati nurani yang ditawan  oleh firman Allah adalah hati nurani yang anggun dan dinamika.

Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu hukum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertolak belakang. Hukum Allah menuju kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan.

Santo Paulus menyadari bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik dan jahat dalam hati manusia  (Rm 7: 13-26). Hati nurani yang selalu mendorong kita ke arah yang baik  dan agar  mereka tidak menyimpang, atau menyeleweng dari kebaikan dalam situasi kongkret.

Dalam pergumulan seseorang, peranan hati nurani sangat menentukan. Suara hati yang menilai suatu tindakan manusia yang benar atau salah, baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.

Dalam hati manusia, sebelum ia bertindak atau berbuat sesuatu, ia sudah memiliki suatu kesadaran atau pengetahuan umum ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral  tersebut, walapun kadar kesadarannya berbeda-beda.

Pada saat  suatu tindakan dijalankan kata hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang. Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji. Sehingga orang merasa bangga dan bahagia. Sedangkan jika perbuatan itu buruk, maka kata hati akan mencela/menyalahkan, sehingga orang merasa gelisah, malu, menyesal, putus asa, dsb.

Konsili Vatikan II dalam dokumen Gereja Gaudium et Spes artikel 16:  “ Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaati. Suara hati selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik dan menghindari apa yang jahat.

Sebab dalam hatinya, manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili. Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar suci di situ ia seorang diri bersama Allah, yang pesan-Nya menggema dalam hatinya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar