Apakah Keyakinan Religius Irasional?



Jika dipandang secara ilmiah, maka agama tidak rasional, karena agama hanya dapat dimengerti sebagai pedoman hidup. Sebagai contoh bahwa Allah tidak dapat dipahami secara logis apa lagi dengan menggunakan metode-metode ilmiah.


Salah satu pandangan manusia terhadap agama yang dianggap tidak rasional adalah kehidupan setelah mati dan ketakutan akan adanya neraka. Beberapa agama tertentu meyakini bahwa setelah kematian di dunia pasti ada kehidupan di akhirat. Kehidupan yang benar di dunia akan menghasilkan kehidupan yang baik pula kelak di surga. Sebaliknya jika tidak benar, maka sengsara dan penderitaan menanti di neraka.

Agama bukan menjadi penyebab kekerasan, tetapi agama dapat menjadi berbahaya ketika lahir kebencian dan intoleransi. “Agama dikatakan berbahaya bagi kebenaran dan rasionalitas dengan menempatkan pemikiran yang peduli pada fakta dan memahami, menerima begitu saja kekuasan keyakinan yang tidak masuk akal.”

“Keyakinan yang bermanfaat yang kita miliki dalam hidup ini tidaklah dapat diuji secara ilmiah, akan tetapi masih mampu menghidupi keseluruhan hidup kita karena keyakinan itu. keyakinan yang paling pokok yang tidak dapat dibuktikan, adalah keyakinan yang kita hidupi. Dan sungguh menjadi pondasi sehingga tidak ada keyakinan lain, yang dapat dijadikan pondasi atau yang diduga.” “Keyakinan akan Allah tidak memiliki dasar rasional dan senantiasa menjadi lompatan iman yang tidak dapat dibenarkan secara rasional, iman adalah keyakinan tanpa bukti,”

“Iman bukanlah lompatan dalam suatu kegelapan. Iman tetap menggunakan akal budi yang melalui batas-batas empiris.”. Iman yang rasional adalah iman yang didirikan di atas komitmen moral yang sungguh serius sehingga secara logika tidak ada kemungkinan untuk tidak menerimanya atau menolaknya. Iman hadir dalam akal budi dan nilai kebaikan manusia, dipandang sebagai penemuan akal budi dan nilai kebaikan manusia, bertumbuh dalam sifat segala sesuatu.

“Relevansi Allah sudah terjadi dalam sejarah manusia. Relevansi tersebut tidak disanggah ( kecuali akal budi diselewengkan atau disalahgunakan). Hubungan tersebut memakai pengetahuan manusia akan Allah apakah akal budi tersebut itu dapat dibuktikan. Allah merupakan pribadi yang membuat kenyataan Ilahi dikenal dalam sejarah dan pengalaman.” “Relevansi mampu memperluas wawasan tentang akal budi tetapi akal budi harus menguji klaim-klaim terhadap relevansi.”

Mempunyai keyakinan religius pada intinya tidak berbahaya, dalam pemahaman irasional. Walapun ada asumsi bahwa orang bertahan sekurang-kurangnya ada keyakinan religius yang ada unsur berbahaya. Irasionalitas keyakinan agama termasuk di dalamnya adalah percaya hidup sesudah mati. Tidaklah benar bahwa untuk menguraikan bahwa keyakinan akan kehidupan setelah kematian selalu berbahaya.

Dalam kehidupan setelah mati, Allah melalui berbagai cara akan menolong umat-Nya yang berbalik dari bentuk kebencian menjadi kasih Ilahi. Dalam pengertian diselamatkan dari kebencian, dengan kata lain mau dikatakan, takut akan neraka berarti takut masa depan tanpa kasih Allah. Dalam 1 Tim 2: 3-4, “ Allah Juru Selamat kita, yang menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” Dan kehidupan setelah kematian adalah harapan yang alami bagi kepenuhan hidup pribadi dalam kenyataan yang diciptakan oleh Allah.

Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo berdasarkan buku Keith Ward, Benarkah Agama Berbahaya? Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar