Agama dan Kekerasan



Agama memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Akan tetapi  dapat menjadi bencana jika pemahaman terhadap agama kurang baik. Hal inilah yang pada akhirnya agama  disebut sebagai pemicu kekerasan.


Ada banyak definisi tentang agama. Agama diartikan sebagai upaya manusia dalam mengenal serta menyembah Sang Ilahi yang sering dinyatakan melalui ritus pribadi maupun kelompok. Selain itu, agama juga diartikan sebagai bentuk tanggapan manusia terhadap penyataan Allah. Menurut the Shorter Oxford English Dictionary, agama adalah:

"Keyakinan atau  perasaaan dari beberapa hal  luar biasa yang mengontrol kekuasaan atau para penguasa, yang dinamakan  ketaatan, penghormatan, dan pemujaan, atau suatu system yang menentukan suatu kitab kehidupan, khususnya cara untuk mencapai kebaikan dalam hal spiritual atau material."

Pernyataan bahwa agama dikatakan berbahaya jika dipahami secara salah yang pada akhirnya memicu konflik. Misalnya terjadi kedengkian yang ada pada diri manusia.

Dahulu agama dipandang sebagai sarana untuk lebih dekat dengan Tuhan. Selain itu juga dipandang sebagai sarana perdamaian dan kesejahteraan umat manusia. Namun sekarang ini terjadi pemahaman terbalik terhadapnya. Manusia dapat melakukan kekerasan atas nama agama, bahkan Tuhan. “Jika agama adalah jahat, tujuannya tentu juga tidak baik. Pemeluknya melakukan demi kesenangan atau kepentingan diri sendiri, atau menghancurkan apa yang menjadikan kebahagiaan atau kesejahteraan sesama.”

Selain kekerasan-kekerasan sederhana, kesalahpahaman tentang agama dapat lebih kompleks yang pada akhirnya terjadi perang, baik antar suku maupun negara. Cotoh - contoh kekerasan agama adalah kaum Quakers, Al,Qaida, dan Sosialisme Nasional Reich Ketiga Jerman. “Al Qaida adalah organisasi religius yang dibangun atas dasar kebencian, keinginan untuk berkuasa, dan mengabaikan makhluk ciptaan Allah.”

“Nazi tidak memiliki cara internal untuk mengoreksi ideologi jahatnya,”  sehingga Nazi bisa hancur atau bubar. Sedangkan agama dalam dirinya ada kebenaran yang mampu melakukan anti kritik,  sehingga kejahatan yang mungkin timbul mendapat kritik dari dalam agama sendiri.

Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo berdasarkan buku Keith Ward, Benarkah Agama Berbahaya? Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar