Salib Tanda Kasih Allah




Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan orang yang memakai kalung yang  ada salibnya bentuknya macam-macam, ada salib Fransiskan, yang namanya salib Tau, ada juga salib Latin, dan salib Yerusalem.


Salib Tau atau Crux Commissa merupakan salib dalam bentuk T, di dalam Perjanjian Lama sudah diwartakan oleh Nabi Yehezkiel, “Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana” ( Yeh 9:4). Lalu salib Latin Crux Immissa merupakan bentuk Salib Kristus yang digunakan di Gereja Katolik Roma. Dan Salib Yerusalem atau biasa disebut Salib Tentara Salib (Crusaders Cross). Salib ini merupakan simbol umum yang digunakan selama perang melawan agresi Islam.

Salib yang merupakan simbol penderitaan dan kesengsaraan namun bagi kita sebagai umat beriman Kristinani yang telah mengimani Kristus, salib merupakan lambang kemenangan, kemenangan atas kasih Allah yang begitu besar yaitu bahwa ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita untuk semua (Yoh 13:15), agar kita senantiasa memperoleh keselamatan dan memperoleh hidup yang kekal (Yoh 3: 16).

Salib juga merupakan misteri iman, iman yang menjadi beriman, lambang keberanian sejati, kisah pengampunan yang menunjukkan betapa kejamnya manusia sehingga ia harus menanggung beban penderitaan  akibat dosa kita,  Yesus  telah menyelamatkan kita dari kuasa  dosa. Salib telah melahirkan hidup baru dalam hidup kita serta dengan memperoleh karunia Roh Kudus, inilah bukti kasih Allah kepada kita umat-Nya, sebagai tanda kasih. Wafat-Nya disalib merupakan ketaatan penuh kasih kepada Bapa di surga.

Kalau begitu, bagaimana sikap kita yang telah dibebaskan dari dosa? Keberadaan dan kehadiran kita hendaknya harus mampu memberikan makna bagi kehidupan sesama, sama seperti Yesus yang telah memberikan makna untuk kita. Keberadaan kita juga hendaknya memberikan kesejukan hati kepada sesama yang berada bersama kita, dengan kata lain secara sederhana, kehadiran kita senantiasa harus membuat orang lain merasa senang dan bahagia.

“Orang yang paling bahagia adalah mereka memberikan kebahagiaan terbesar kepada orang lain” menurut Denis Diderot. Tak ada kebahagiaan tanpa tindakan. Ayo jangan Nato (No Action Talking only). 

Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar