Ibu sebagai Simbol Allah




Realitas Allah yang sesungguhnya tidak mungkin dideteksi sepenuhnya dari sudut pandang apapun yang berdasar pada kemampuan manusia. Yang mungkin dilakukan adalah menangkap realitas Allah dalam bentuk ungkapan yang dinyatakan dalam tanda, simbol dan impian tentang Allah.


Simbol Realitas Allah

Segala sesuatu yang beradanya tak bergantung  pada adanya yang lain dinamakan independen, misalnya batu, baju, meja, gedung dan lain-lain. Sesuatu yang beradanya bergantung pada yang lain dinamakan dependen, misalanya warna, suhu, sinar, waktu dan lain-lain. Baik realitas yang independen maupun yang dependen mengikuti hukum tata ruang dan waktu dan daya berada yang tetap.

Realitas yang disebut Allah sulit untuk dideteksi dari hukum ruang, waktu, dan daya beradanya. Dalam mengungkapkan realitas Allah manusia memang menyatakan dalam waktu tertentu, ruang terentu dan kemampuan khusus yang dimiliki oleh Allah. Namun manusia pada dasarnya tidak mampu mengungkapkan realitas dan pengertian Allah secara penuh. Karena ketidakmampuan manusia untuk merumuskan realitas Allah dalam ruang, waktu dan daya yang terbatas maka manusia menamakan dan mengungkapkan realitas Allah dalam pengertian simbolik roh yang abadi.

Sebagai realitas Roh yang abadi, Allah tidak mungkin diungkapkan dalam bentuk apapun karena segala bentuk ungkapan memerlukan ruang, waktu, dan daya menyatakan diri. Dalam realitas Allah selalu ada yang disebut Misteri, sebab misteri pada dasarnya suatu realitas yang tidak diketahui. Misteri menjadi terdeteksi melewati tanda-tanda dalam peristiwa ruang, waktu, dan daya kerja yang kelihatan.

Tanda yang mengungkapkan misteri Allah dibedakan dalam bentuk sabda dan tindakan. Kerinduan manusia untuk mengetahui asal-usul segala sesuatu dan manusia dinyatakan dalam bentuk wahyu sabda Tuhan, misalnya dalam kejadian 1: 1- 2 : 5 . Realitas masa depan yang berupa misteri amat sulit diungkapkan dikemukakan. Bahkan untuk masa kinipun sulit untuk mengungkapkan  realitas misteri Allah.

Ibu sebagai simpul simbolik relasi keluarga beragama

Peran ibu sebagai simbolik ini dapat menjadi tanda dari hubungan manusia beragama. Orang yang hidup beragamanya tidak begitu baik dapat menjadi pertanda awal bahwa hidupnya  dalam bidang kemasyarakatan dan lain-lainnya juga tidak begitu baik. Dengan kata lain kemajuan dan kemunduran dalam kehidupan beragama sekaligus pertanda kemajuan dan kemunduran dalam banyak aspek kehidupan kemasyarakatan lainnya.

Ibu sebagai isteri pertama-tama membangun relasi partnership dengan suaminya. Sistem relasi kesamaan derajat antara ibu dan bapak yang sepadan Nampak juga dalam sistem relasi Allah dengan manusia. Allah yang sebenarnya sebagai Pencipta berusaha merendahkan diri-Nya agar dapat berdialog dengan manusia seperti manusia pada umumnya.

Ibu sebagai simpul simbolik relasi dengan bapak yang juga ditampakkan oleh Yesus yang menampakkan diri sebagai tukang kebun ( Yoh 20 : 11-18 ). Simbolik relasi ibu-anak dapat diungkapkan dalam pembangunan relasi triangular antara ibu-anak- bapak. Simbolik hubungan kekeluargaan  antara ibu- anak- bapak ini menjadi salah satu simbolik yang paling penting dalam tradisi Kristen. Yesus menyebut Allah dengan sebutan Bapak, karena simbolik ini terkait dengan simbolik Ibu yang melahirkannya.

Karakter hakiki dan natural Ibu sebagai Simbol Allah

Karakter hakiki dan natural yang dimiliki seorang Ibu
adalah bahwa dia mempunyai kemampuan mengandung, melahirkan, dan menyusui yang tidak dapat dijalankan oleh secara natural oleh laki-laki  manapun juga. Ketiga  kemampuan natural ini merupakan cirri hakiki yang dapat menjadi sarana simbolik untuk mengungkap karakter sebagai simbol Allah yang menyatakan Diri dalam ketiga dasar tersebut.

Ciri simbol Ibu yang mengandung

Ibu yang memberi segalanya kepada bayi yang dikandungnya menyebabkan ibu harus menanggung seluruh akibat kehadiran bayi yang dikandungnya. Allah  yang menanggung, Allah yang memikul akibat dari diciptakanya manusia di dunia ini seperti seorang ibu yang harus menanggung semua anak yang dikandung dengan segala akibat buruk dan nasib baik dari semua manusia.

Ciri simbolik ibu yang melahirkan
Seorang ibu yang melahirkan dia membuka lembaran baru bagi anak untuk memperbaharui semuanya, mewariskan semua, memutuskan ikatan phisik, ibu dan anak, dan menyerahkan anak kepada masyarakat.

Manusia mandiri di tengah segala sesuatu yang diberikan Allah seperti seorang ibu yang memutuskan tali pusar yang memisahkan dia dari anaknya agar dia dapat menjadi manusia seperti semua orang dewasa lainnya. Seorang ibu mewariskan unsur hakiki yang dimilikinya kepada anak. Sifat dan cirri hakiki warisan ibu yang derminatif dapat menjadi simbol Alllah yang mewariskan cirri hakiki keilahian kepada manusia dengan kualitas martabat yang disebut citra Allah.

Seorang ibu yang melahirkan tidak akan menggendong anaknya kemanapun dia pergi. Dia dapat memberikan anak itu kepada masyarakat yang paling dekat dengan anak itu. Masyarakat terdekat di luar ibu adalah anggota keluarganya sendiri.

Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar