Apakah Agama Berbuat Lebih Jahat daripada Kebaikan?

 
Pada prinsipnya setiap agama selalu mengajarkan kebaikan. Agama dapat menjadikan manusia hidup rukun, damai, bersatu, adil, dan sejahtera. Agama juga mengajarkan manusia bagaimana cara mengampuni, toleransi, bijaksana, rendah hati, dan seterusnya. Namun apakah prinsip agama di atas berhasil membuat hidup manusia lebih baik dan bermakna?


Meskipun telah mengetahui dan memahami ajaran-ajaran agama, setiap pribadi memiliki kebebasan dalam menjalankan hidupnya termasuk menafsirkan ajaran agamanya itu sendiri. Wajah agama menjadi buruk apabila mayoritas penganutnya menyeleweng dari ajaran agama. Misalnya agama dimanfaatkan sebagai sarana ekonomi, politik, kekuasaan, diskriminasi, dan pemicu konflik lainnya. Jadi, agama tidak pernah memposisikan diri sebagai sumber pertentangan, melainkan rahmat dan sukacita.

“Keyakinan memberikan pemahaman mengenai sesuatu yang bernilai besar, memberi kegunaan atas keseluruhan hidupnya, serta menumbuhkan pemahaman mengenai makna tujuan dan kehidupan. Kebanyakan keyakinan religius tersebut baik bagi dirinya, yang mengajarkan suatu contoh sehingga kita dicintai Allah. Keyakinan religius itu memberikan harapan utama supaya dapat bertahan hidup dalam menghadapi penderitaan serta membuatnya lebih bertahan. Keyakinan religius itu memperkokoh sejumlah keutamaan positf, seperti kerendahan hati, pengampunan dan syukur.”

“Keyakinan religius itu adalah untuk demi keseimbangan, baik bagi kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Keyakinan tersebut biasanya dimengerti sebagai sesuatu yang positif, dan secara keseluruhan keyakinan religius menjadi faktor positif kebahagiaan dan kesejahteraan manusia, namun konsentrasi hubungan antara agama dan kebahagiaan berpusat pada diri sendiri.”

“Marxis berpendapat bahwa agama hanyalah kekuatan untuk mempertahankan kesejahteraan sosial dan mengurangi kebahagiaan dengan memikirkan ganjaran setelah mati atas penderitaan mereka tidak didukung oleh data-data.”

“Keyakinan religius merupakan delusi. Delusi didefinisiskan oleh the Oxford Companion to Mind sebagai “sesuatu yang pasti, keyakinan yang aneh, tidak biasa dalam budaya yang menjadi milik pribadi.” “Delusi adalah keyakinan yang sangat jelas salah sehingga semua orang melihatnya salah. Delusi adalah keyakinan irasional. Keyakinan religius itu adalah delusi orang yang tingkat kemampuan rasional tinggi, yang berfungsi baik dalam urusan-urusan hidup biasa, yang mana iman memungkinkan mereka untuk hidup baik dan bahagia, dan dapat menghasilkan pertahanan yang masuk akal dan koheren atas keyakinannya.” Agama bukan penyebab satu-satunya atau utama terhadap pertentangan-pertentangan atau  konflik antarumat manusia.

“Manusia pada kenyataannya sukar untuk dapat hidup dengan perbedaan. Para pemeluk agama adalah manusia, oleh karenanya para pemeluk agama dapat mengalami kesulitan juga.” “Agama mempertahankan masalah apakah norma mutlak tentang kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang menjadi alasan utama munculnya konflik dalam kehidupan manusia.” “Plato mengatakan bahwa kehidupan yang tidak dapat diuji bukanlah kehidupan yang berharga. Dalam pengertian ini, agama mesti menjadi salah satu yang membuat kehidupan manusia menjadi berharga.”

“Dalam era globalisasi saat ini, agama perlu meyakini bahwa para pemeluknya berusaha untuk membuka diri dan respostif terhadap sesuatu yang membuat kebaikan tertinggi sungguh menghormati martabat kepenuhan manusia.” Sebab tujuan utama daripada agama di dunia modern adalah semestinya menjadi komitmen untuk mempromosikan kemajuan manusia dan kemajuan makhluk hidup.

“Beberapa orang memiliki berperspektif apakah semua agama adalah sama. Ada bentuk agama lain, yang pada intinya adalah mampu menyelesaikan keegoisan diri dengan kesadarannya dan relasi mentrasformasi nilai-nilai hidup terhadap realita spiritual tentang kebijaksanaan, kreativitas, rasa iba, dan kebahagiaan batin.”

 “Pertanyaan apakah agama berbahaya kadang-kadang jawabannya adalah ya. Agama merupakan salah satu kekuatan terkuat di dunia demi kebaikan. Dalam situasi terbaik, agama mencari kebaikan yang terdalam, dan hidup demi kebaikan itu sendiri memproyeksikan keselamatan atas semua makhluk hidup. Agama adalah sesuatu kekuatan utama yang mengendalikan kebijaksanaan dan rasa iba di dunia yang suram dan jahat tanpa agama.”

Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo berdasarkan buku Keith Ward, Benarkah Agama Berbahaya? Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar