Buta Mata, Terang Perbuatan




Disebuah desa yang sejuk dan indah, ada sebuah perkebunan yang dihiasi dengan melati-melati indah. Ketika ada seroang gadis yang melintas di perkebunan tersebut tersentak langsung merasakan aroma melati menusuk hati seorang gadis itu, gadis berujar ”Kakek, perkebunan ini indah, serta wangi melati semerbak sekali”.


Di tengah percakapannya itu, ada seorang nenek yang kemudian mendengarnya, spontan nenek itu mempersilahkan gadis itu untuk memetik melati itu sebanyak-banyaknya. Kemudian gadis itu mengucapkan terima kasih, setelah itu nenek itu berkata demikian ”Saya menanam melati itu dengan tujuan supaya orang lain merasa kebahagiaan, namun saya sendiri tidak mampu melihat keindahan melati tersebut, karena saya buta”.

Perbuatan terang menghadirkan kebijaksanaan, mengaplikasikan kebijaksanaan berarti melalui sikap hidup yang benar. Mendengar kata buta tentu kita identik dengan gangguan penglihatan, sederhananya buta merupakan ketidakmampuan untuk membedakan sesuatu atau melihat.

Kisah nenek tadi, mau memberikan gambaran bahwa walapun buta, namun hatinya tidak dibutakan oleh perbuatan yang jahat, tapi mulia. Ketulusan hatinya nenek tersebut rupanya mampu membuat hati lebih mudah mengenal kehadiran Allah dimana-mana, karena sesungguhnyalah buta hati lebih buruk daripada buta mata.

Yesus merupakan  terang dunia yang memberikan penerangan kepada dunia, kepada setiap orang (lihat Yoh 8: 12). Yesus adalah terang itu sendiri, setiap orang yang berada di dalam hadirat-Nya, mau disentuh oleh Sang Terang tidak akan mengalami kegelapan, inilah yang dialami si nenek tersebut.

Bagaimana Yesus membuat orang buta menjadi melihat? Jawabnya adalah” Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya ke dalam tanah lalu mengoleskannya kepada orang buta, dan berkata” pergilah, dan basuhlah ke dalam kolam Siloam” (Yoh 9: 6-7).

Marilah kita sebagai umat beriman Kristiani yang mengaku diri  pengikut Kristus sejenak kita resapi  dan hayati dan lakukan dalam hidup ini dengan sungguh hati, sabda-Nya yaitu ”Akulah terang dunia, barang siapa melihat Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan” (Yoh 8:12).
 Iman yang sejati selalu tumbuh dan berkembang dalam sikap dan perbuatan, sehingga ada terang. Terus pancarkan terang sehingga kita tidak mengalami buta hati, tetapi terang iman.

Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar