Salah satu rahmat terbesar yang dapat diterima oleh seseorang adalah persahabatan. Secara sadar atau tidak sadar setiap manusia memerlukannya untuk perkembangan pribadinya, menjadi pribadi yang utuh. Tanpa relasi dengan Allah dan sesama akan selalu ada yang hilang, yang tidak akan dapat terpenuhi dengan hal-hal yang lain, sebab ini merupakan kebutuhan mendasar setiap manusia.
Persahabatan merupakan sebuah hubungan antar jiwa yang saling berbagi, yang membuat kasih itu menjadi tulus, luhur, mulia, dan nyata. Maka, dalam semangat persahabatan, segala sesuatu dalam hidup ini akan menjadi indah, sungguh bermakna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Semangat ini ada dalam diri Allah, berasal dari Dia dan telah ditanamkan dalam diri setiap manusia yang telah diciptakan menurut gambar-Nya (Kej. 1:27).
Manusia seharusnya menampilkan wajah Allah yang berteman dengan siapa pun, namun sayang ini tidak disadari oleh banyak orang yang cenderung mengikuti keinginannya sendiri dan jatuh dalam egoisme. Apalagi pada zaman ini yang telah banyak dijiwai oleh materialisme, konsumerisme, hedonisme, menjadikan persahabatan menjadi sesuatu yang langka. Beata Teresa dari Calcutta mengatakan, “Menurut saya, penderitaan terbesar dewasa ini adalah merasa sendirian, merasa tidak dibutuhkan, merasa tidak dicintai. Termasuk juga penderitaan karena tidak memiliki siapa pun, mengabaikan keakraban dan relasi manusiawi yang sesungguhnya, tidak mengenal apa artinya dicintai, tidak memiliki keluarga atau sahabat”.
Allah dalam segala kebaikan-Nya selalu memanggil manusia untuk sadar dan kembali kepada citranya sebagai gambaran Allah sendiri yang bersahabat, menampilkan wajah Allah dalam segala kerapuhan dan kelemahan manusiawi dan Allah rindu agar manusia menjalin relasi dengan Dia dan dengan sesamanya dalam hubungan yang dijiwai cintakasih yang tulus. Menjadi seorang sahabat bagi Allah dan bagi sesamanya.
Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar