Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat konflik antar umat beragama. Konflik itu muncul karena memandang perbedaan sebagai penghambat. Dampak dari konflik itu adalah munculnya permusuhan atau pertikaian. Para pelaku kejahatan atas agama itu justru banyak digerakkan oleh para tokoh agama itu sendiri yang nota bene nya mereka adalah orang yang berintelektual tinggi.
Dalam Injil Mat 8: 5-13 dikisahkan tentang keterbukaan perwira Romawi dan keterbukaan Yesus terhadap pemeluk agama lain. Perwira Romawi yang dianggap masyarakat Yahudi sebagai orang kafir mau datang kepada Yesus yang beragama Yahudi. Sebagai murid Yesus, kita dipanggil untuk bersikap terbuka dan mau membangun persahabatan dan perdamaian dengan semua orang tanpa melihat perbedaan agama/kepercayaan yang dianutnya.
Hidup dalam masyarakat yang rukun, dan harmonis dengan penganut dan kepercayaan terhadap agama lain merupakan suatu pengalaman iman yang sungguh membahagiakan dan menyenangkan. Gereja Katolik sangat mendukung dialog antar umat beragama dan juga senantiasa berupaya secara konkret untuk mendukung terciptanya perdamaian dan persaudaraan sejati dengan umat beragama lain.
Contoh konkretnya adalah dengan saling membantu dalam kegiatan aksi peduli untuk membangun tali kasih yaitu bakti sosial, kerjasama dalam acara keagamaan (halaman masjid boleh untuk tempat parkir dan umat muslim membantu mengatur parkir, begitu juga sebaliknya).
Hidup beragama dan penuh kedamaian merupakan dambaan setiap orang. untuk menciptakan hal ini diperlukan adanya rasa untuk saling percaya dan saling terbuka. Kita yang hidup dalam masyarakat pluralis harus memiliki sikap keterbukaan hati untuk menerima setiap perbedaan dan saling menghargai satu sama lain. dan tidak memandang perbedaan agama sebagai penghambat dalam membangun persaudaraan. Kita dapat belajar dari tokoh-tokoh yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian yaitu Munir, Mother Teresa, Mahatma Ghandi, dan Rm Mangunwijaya.
Hidup damai dan rukun adalah cita-cita umat beriman yang diajarkan oleh setiap agamanya masing-masing. agama menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang dalam keimanan pemeluknya, namun itu semua adalah kembali kepada setiap pemeluknya, jika agama yang dipahami secara benar akan mewujdukan sikap hidup yang penuh damai, cinta, dan kasih, perilaku itu diwujudkan dalam tindakan mau terbuka terhadap setiap perbedaan agama masing-masing, dan tidak ada sikap saling curiga, fanatisme sempit, mau terlibat dalam kegiaatan keagamaan masing-masing untuk bekerja sama seperti bakti sosial.
Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo
Dalam Injil Mat 8: 5-13 dikisahkan tentang keterbukaan perwira Romawi dan keterbukaan Yesus terhadap pemeluk agama lain. Perwira Romawi yang dianggap masyarakat Yahudi sebagai orang kafir mau datang kepada Yesus yang beragama Yahudi. Sebagai murid Yesus, kita dipanggil untuk bersikap terbuka dan mau membangun persahabatan dan perdamaian dengan semua orang tanpa melihat perbedaan agama/kepercayaan yang dianutnya.
Hidup dalam masyarakat yang rukun, dan harmonis dengan penganut dan kepercayaan terhadap agama lain merupakan suatu pengalaman iman yang sungguh membahagiakan dan menyenangkan. Gereja Katolik sangat mendukung dialog antar umat beragama dan juga senantiasa berupaya secara konkret untuk mendukung terciptanya perdamaian dan persaudaraan sejati dengan umat beragama lain.
Contoh konkretnya adalah dengan saling membantu dalam kegiatan aksi peduli untuk membangun tali kasih yaitu bakti sosial, kerjasama dalam acara keagamaan (halaman masjid boleh untuk tempat parkir dan umat muslim membantu mengatur parkir, begitu juga sebaliknya).
Hidup beragama dan penuh kedamaian merupakan dambaan setiap orang. untuk menciptakan hal ini diperlukan adanya rasa untuk saling percaya dan saling terbuka. Kita yang hidup dalam masyarakat pluralis harus memiliki sikap keterbukaan hati untuk menerima setiap perbedaan dan saling menghargai satu sama lain. dan tidak memandang perbedaan agama sebagai penghambat dalam membangun persaudaraan. Kita dapat belajar dari tokoh-tokoh yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian yaitu Munir, Mother Teresa, Mahatma Ghandi, dan Rm Mangunwijaya.
Hidup damai dan rukun adalah cita-cita umat beriman yang diajarkan oleh setiap agamanya masing-masing. agama menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang dalam keimanan pemeluknya, namun itu semua adalah kembali kepada setiap pemeluknya, jika agama yang dipahami secara benar akan mewujdukan sikap hidup yang penuh damai, cinta, dan kasih, perilaku itu diwujudkan dalam tindakan mau terbuka terhadap setiap perbedaan agama masing-masing, dan tidak ada sikap saling curiga, fanatisme sempit, mau terlibat dalam kegiaatan keagamaan masing-masing untuk bekerja sama seperti bakti sosial.
Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar