Ciri natural yang Hakiki dari Bapak
Secara natural dan hakiki, seorang bapak menjadi asal-usul dimungkinkannya seorang wanita mengandung, melahirkan dan menjadi ibu. Gambaran bapak sebagai simbol Allah tidak dapat dilepaskan dari cirri hakiki awali dalam peristiwa terjadinya segala sesuatu bagi setiap manusia baru.
Gambaran bapak yang memelihara, yang bertanggung jawab, memenuhi segala keperluan ibu dan anak menjadi relevan bagi gambaran Allah sebagai Bapak yang menciptakan segala sesuatu bagi manusia. Allah Bapak mengadakan dan memberikan kepada isteri dan anak semua miliknya. Begitulah Allah sebagai Bapak memberikan semua yang diciptakannya kepada manusia.
Bapak sebagai Sumber konflik
Berdasarkan teori Freud, ikatan primordial ibu-anak dalam kandungan menjadi suatu yang dirindukan. Pengalaman primordial akan rasa aman, nikmat dan erotik dalam kandungan menjadi hilang dengan peristiwa kelahiran. Paham Bapak yang memberikan hukum berupa larangan dan segala akibatnya menyebabkan anak berelasi bapak tidak secara akrab.
Dalam gambaran bapak yang menajdi sumber konflik ikatan primordial ibu-anak, menempatkan gambaran Allah sebagai bapak yang memberikan larangan dan hukuman. Dalam konteks religious proses identifkasi dan penyesuaian ini menjadi amat kelihatan dalam sikap taat kepada semua perintah yang ada dalam agama.
Ciri-ciri hakiki Oedipius-Complex
Profesor Antoon Vergote, seorang ahli Psikologi Agama mengembangkan faktor-faktor pemisahan, pembatinan dan pembebasan dalam Oedipus-complex menjadi gambaran bapak yang memberi hukum, teladan dan pemberi janji di masa depan bagi anak.
Kehadiran bapak dalam ikatan primodial ibu-anak mengejawantahkan hukum. Bagi anak ayah adalah yang memberikan perintah dan hukum yang oleh anak disadari sebagai suatu larangan.
Faktor pembatinan dalam Oedipus-complex merupakan salah satu usaha anak untuk menyesuaikan diri dengan larangan dan hukum dari bapak. Anak harus “membatinkan” larangan dan hukum dan menginternalisasikan dalam diri sendiri. Oleh karena itu anak, bapak adalah teladan baginya. Dengan cara meneladan bapak, anak berharap bahwa dia akan menjadi sukses juga seperti bapaknya.
Dalam latar belakang pembebasan dari ikatan primordial ibu-anak ini muncullah gambaran dinamik peranan bapak menjadi makin jelas. Dengan demikian anak diberi janji hari depan oleh bapak dalam bentuk pengakuan anak dengan pemisahan dari ibu. Dengan kata lain “Bapak adalah dia yang mengakui anak” Kata-kata pengakuan dari bapak memungkinkan anak diberi janji hari depan oleh bapak.
Paradigma Simbolik Alkitabiah
Pada awal mula Allah digambarkan dalam simbolik Tuan, Taman dan Teman. Tuan adalah simbolik orang kaya yang memilki banyak harta, dan menuntut ketaatan pada pekerjanya. Simbolik taman adalah gambaran impian suatu tempat yang memberikan nikmat. Teman merupakan simbolik relasi yang akrab dalam persahabatan antara dua orang, yang saling tahu dan sedia menolong.
Demikianlah gambaran tuan, taman, dan teman, merupakan gambaran primordial Allah yang memberikan hukum dan larangan seperti seorang bapak yang kaya dan berrelasi secara sahabat dengan manusia. Allah memberikan impian-impian yang ideal kalau manusia taat pada hukum yang disampaikan.
Bapak sebagai simbolik dan realitas Bapak muncul makin kuat dan jelas terutama dalam Perjanjian Baru yang ditampilkan oleh Yesus. Dialah yang mengintroduksi paham Bapak yang bukan Yosef bapak garis keturunan Daud (Luk 2: 41-52). Doa Bapa Kami (Mat 6: 9-13). Yesus dibaptis (Mat 3: 13-17), Yesus menyatakan Bapa-Nya di surge dalam doa panjang (Yoh 17: 1-26) Yesus menyerahkan hidup-Nya. (Yoh 17: 1-26), Yesus naik ke Surga (Mrk 16 : 19), Dia mengutus Roh Kudus (Kis Ras 2: 1-13). Dari relasi triangular Bapak-Anak-Roh Kudus, berkembanglah sistem hubungan triangular-Trinitarian.
Ditulis oleh FX. Budi Prasetyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar